Kelurahan Dondang terletak di Kecamatan Muara Jawa Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur posisi Lintang Selatan 0* 47.4571" Bujur Timur 117* 13.568" daerah ini mulanya adalah salah satu desa tertinggal di Kabupaten Kutai Kartanegara, mengingat letak geografis nya, antara Ibukota Kecamatan Muara Jawa dengan Kelurahan Dondang dipisahkan oleh sungai Dondang (anak Sungai Mahakam) yang luasnya sekitar 800 m, untuk menuju kesana masyarakat harus menggunakan jasa kapal penyeberangan yang hanya bisa mengangkut penumpang dan sepeda motor. Hal ini sedikit banyaknya tentu berdampak pada segi pembangunan dan ekonomis masyarakat di Kelurahan dondang.
Pada tahun 2001 dimulailah pembangunan Jembatan yang menghubungkan antara daratan Kelurahan Dondang dengan daratan Kecamatan Muara Jawa dengan panjang 840 m, lebar 2 m dan tinggi 12 m. Pembangunan jembatan Dondang melalui dana APBD Pemprov Kaltim, di antaranya pada tahun anggaran 2002 dianggarkan sebesar Rp18,50 miliar, tahun anggaran 2003 pekerjaan fisik sebesar Rp. 25,75 miliar, pengadaan bangunan atas Rp. 15 miliar dan melalui dana ABT sebesar Rp. 8 miliar. Jembatan Dondang diresmikan pada bulan Agustus 2004 oleh Gubernur Kalimantan Timur H. Suwarna AF.
Dampak positif dari pembangunan Jembatan Dondang ini sangat dirasakan oleh masyarakat sekitar, baik dari Kelurahan Dondang maupun masyarakat Kecamatan Muara Jawa. Akses jalan ke Samarinda yang dulunya harus lewat lewat daerah Kilo 38 dan memerlukan waktu sekitar 2 jam sekarang dapat ditempuh dalam waktu 1 jam. Demikian juga untuk masyarakat Samarinda yang akan menuju ke Balikpapan jika melewati jalur ini hanya menempuh jarak 90 km (jika lewat daerah Bukit Suharto memerlukan jarak 140 km).
Pembangunan infrastruktur mulai dilaksanakan, pembangunan sarana pendidikan, kesehatan, gedung pemerintahan dan pengaspalan jalan semakin menambah minat para pendatang untuk tinggal dan menetap. Di Kelurahan Dondang sendiri masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ada Bugis, Banjar, Dayak, Buton, Mandar dll, dengan Agama mayoritas adalah Islam. Disini masyarakatnya hidup dalam kerukunan dan kebersamaan yang kuat. Perkerjaan masyarakat sendiri sangat beragam, ada yg jadi petani, nelayan, karyawan perusahaan maupun yang berwira usaha. Adanya perusahaan migas dan pertambangan batubara semakin meningkatkan ekonomi masyarakat (walaupun tidak secara keseluruhan).
abufathir@180211